Kamar Kost



Siang itu aku sedang duduk santai pada bangku kayu di dalam kamar kosku yang baru saja direhap sambil menghembuskan asap rokok Filter kesukaanku. Kamar kos yang seperti ini merupakan impianku sejak baru pertama kali aku menjadi mahasiswa. Sekarang aku memandang puas pada hasil kerjaku. Aku bisa lebih betah sekarang berada di dalam kamar sambil belajar dan melahap buku-buku bacaan. Kos yang kelihatan lebih luas. Pada dinding kamar aku gantungkan foto-fotoku semasa SMA dulu. Kelihatan makin menarik apalagi setelah foto-foto itu aku tempatkan sesuai dengan ukurannya masing-masing, dari atas ke bawah mulai dari yang paling besar.
 Pandanganku kemudian tertuju pada rak buku di pojok kamar yang berisi buku-buku bacaan ilmiah yang ku beli dengan uang sisa pembayaran SKS-ku setiap semester pada Toko Buku. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Berpikir dan Berjiwa Besar dari penerbit Binarupa Aksara. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. Aku memandang lagi secara keseluruhan kamar kosku, Sebuah tempat tidur tak berkasur, hanya beralaskan sehelai tikar plastik tetapi cukup nyaman. Atap yang terlampau dekat lantas aku batasi dengan kardus bekas yang aku minta dari kios-kios terdekat untuk dijadikan pelafon sederhana. Memang kelihatan sangat simpel namun menarik sebab plafon yang dari kardus sudah ditutupi dengan kertas putih sampai seluruh dindingnya.
Aku merasa begitu puas sekarang, apalagi saat kupandang lantai kamarku. Seperti lebih bersih dan licin. Di atasnya aku bentangkan karpet plastik yangn aku beli semeter seharga Rp. 12.000. Lantai kamar yang persis disusun dari keramik-keramik berwarna. Sebuah tape recorder tua merk Primo, aku letakkan di atas meja panjang dari tripleks di dekat pintu masuk sedangkan speakernya aku posisikan di bawah tempat tidurku. Agar kelihatan lebih menarik dan supaya terkesan bahwa aku juga selalu mendengarkan musik, maka pada dua buah speakerku itu ku tempelkan stiker bertuliskan “full musik’.
Aku telah mengakhiri semua tugasku dengan gemilang. Yang terakhir yang baru saja kuselesaikan adalah menempel sebuah tulisan pada daun pintu kamarku “welcome”
 

 

Diksi dan Makna Kata


Diksi
Pengertian diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan  unsur sangat penting, baik dalam dunia menulis maupun untuk berkomunikasi setiap hari. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Diksi sendiri memiiki delapan elemen yaitu fonem, konjungasi, silabel, hubungan, kata kerja, kata benda, infleksi, dan uterans. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Hal yang utama mengenai diksi adalah:

Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat pendengar.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu.
Makna Kata
Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan adanya berbagai makna kata yang berhubungan dengan kata-kata lainnya. Diantaranya adalah makna kata sinonim, antonim, homonim, polisemi, dan hiponim. Berikut ini adalah pembahasan mengenai definisi dan contoh dari makna kata tersebut :

a. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama tetapi berlainan bentuk luar atau tulisannya. Contoh :

bunga = kembang
temperatur = suhu
akselerasi = percepatan

b. Antonim adalah dua kata yang memiliki makna yang berlawanan (lawan kata). Contoh :

bersih >< kotor
dangkal >< dalam
jauh >< dekat

c. Homonim adalah kata yang sama ejaan atau lafalnya tetapi memiliki makna yang berbeda. Berdasarkan keidentikan ejaan atau lafalnya homonim terdiri dari:

Homograf adalah bentuk istilah yang sama ejaannya, tetapi mungkin lain lafal dan maknanya (sama tulisannya tetapi lain pengucapan dan maknanya). Contoh : Apel (Upacara) dengan Apel (buah).
Homofon  adalah bentuk istilah yang sama lafalnya, tetapi berlainan ejaannya (sama pengucapannya tetapi lain tulisan dan maknanya). Contoh Bank (tempat menyimpan uang) dengan Bang (sebutan untuk laki-laki yang lebih tua).

d. Polisemi adalah istilah yang mempunyai makna yang berbeda-beda karena terjadi pergeseran makna atau tafsiran. Contoh :

Makanan harus dikunyah di dalam mulut (organ tubuh) hingga halus.
Tim penyelamat telah sampai di mulut (ujung) gua.

e. Hiponim adalah istilah yang maknanya terangkum oleh makna yang lebih luas yaitu superordinatnya. Contoh : Mangga, pisang, jeruk, apel, salak termasuk hiponim karena makna nya terangkum dalam superordinat buah.